Name
: Muhammad Alif Sasmita
NPM : 14609948
Interaksi
antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia
PEMBUKAAN
Interaksi antara tradisi lokal,
hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia
beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat
erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di
Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak
dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya
orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di
terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah
itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para
pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi
kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau
identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat
Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah
sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk
kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Proses Interaksi Antara Tradisi
Lokal Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Usur-unsur yang dapat mempersatukan
tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur Lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Bangsa
Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, tradisi
budaya lokal juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang
merupakan keyakinan adanya kekuatan supranatural atas kehidupan di bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang
merupakan perpaduan unsur Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia adalah :
- Upacara selamatan, pemberian nama yang bertujuan untuk
memberi keselamatan bagi pemakai nama tersebut.
- Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul
Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
- Upacara sukuran hasil panen merupakan upacara yang di
lakukan setelah panen dan bertujuan sebagai ungkapan rasa sukur terhadap
Sang Pencipta dan pada Alam yang telah memberikan sumber kehidupan yang
berlimpah.
- Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai
peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang
dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut masih
terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya guna untuk menghormati tradisi
kebudayaan yang telah turun-temurun di lakukan oleh nenek moyang ( leluhur )
mereka dan mungkin secara tidak sadar, inilah yang akan menjadi cirihas dan identitas
bagi mereka. Kita bisa lihat Unsur budaya asli memegang peranan dan tidak dapat
disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah
satu pencampuran kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian
dalam wujud kepercayaan Animisme & Dinamisme.
Misalnya upacara kematian seseorang
dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat itu, sebagai buktinya tradisi memperingati
kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda walau pun pada jaman sekarang
saat ini Agama kepercayaan mereka sebagian besar telah sama rata, tetapi
tradisi lokal yang telah nenek moyang ( leluhur ) mereka ajarkan baik secara
langsung mau pun tidak langsung telah melekat sangat kuat dan menjadi kebiasaan
yang terus menerus di turunkan secara generation.
Salah satu contohnya Makam di
Indonesia yang terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak
cucu kepada leluhurnya.
Perpaduan Tradisi Lokal,
Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
Bidang Budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha
masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno.
Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan
bahasa podi. Sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan
bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata di Indonesia ini semakin
banyak.
Buktinya terdapat banyak bahasa yang
di adopsi dari bahasa sansakerta dan bahasa arab, di samping itu juga terdapat
suatu kampung atau desa yang di dalamnya terdapat suatu ras tertentu seperti
ras Arab dan Cina.
Bidang Sosial
System masyarakat yang dulunya
dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system
kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam
sytem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih bisa kita jumpai pada
masyaakat tertentu.
Sebagai bukti tradisi Hindu-Budha
telah mempengaruhi Tradisi lokal bisa kita jumpai di Pulau Bali yang masih
menggunakan sistem kasta.
Bidang System Pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin
oleh seorang kepala suku yang menggunakan system Primus Interpares ( nomer satu
dintara sesamanya). Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya berupa
kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Tetapi di dalam Islam nama Raja
diganti dengan sebutan Sultan.
Sebagai buktinya di banten tepatnya
di daerah Baduy Dalam penduduknya di pimpin oleh seorang Kepala Suku dan pada
jaman dulu banyak kerajaan-kerajan yang berdiri di Nusantara ini yang
menggunakan system pemerintahan yang di pimpin oleh seorang Raja, setelah Islam
masuk dan menyebar sngat luas Raja di gantikan dengan Sebutan Sultan seperti
halnya Sultan Hassanudin di Banten.
Bidang Seni Sastra
Sastra di Indonesia baru mengenal
sastra lisan, misalnya sastra ritual ( doa atau rapal ) dan non ritual (
nyanyian rakyat dan peribahasa ). Setelah datangnya Hindu-Budha, Indonesia
mengenal sastra tembang dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut
hanya diubah dan bahasanya ditambah kosakata Arab.
Sebagai buktinya dalam cerita-cerita
wayang yang di adopsi dari kitab-kitab Hindu telah diubah oleh para Wali pada
jamannya untuk media sarana penyebaran keagamaan.
Pernikahan
Akulturasi antara budaya Lokal dan
Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen ketika Upacara Pernikahan
berlangsung. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad nikah
antara kedua mempelai.
Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan
ajaran Islam hanya diwajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani dan
menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misalnya setelah hari kematian
adanya hari-hari pringatan selamatan atau acara tahlilan yang berisi
pembacaan Zikir dan Tahlil. Juga
pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di
jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara
tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada
saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa
Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa
lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya.
Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi
cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam
artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di
Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan
secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran )
Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi
yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan
mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat
tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara
turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah
identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan
nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai
dari Budaya Bangsanya.
No comments:
Post a Comment