Wednesday, May 1, 2013



Senin, 29 April 2013


TUGAS PENERJEMAHAN TEKS KHUSUS




CERTIFICATE SENIOR HIGH SCHOOL



NATIONAL EDUCATION DEPARTMENT

REPUBLIC OF INDONESIA



CERTIFICATE

SENIOR HIGH SCHOOL

PROGRAM OF STUDY SOCIAL

YEAR 2008/2009



The undersign, the head of one senior high school SMA 109 explained that :

Name : Muhammad Alif Sasmita

City, Date of Birth : Jakarta. June 29th 1991

Parents Name : Syarip

Pevious School : SMA 109

Serial Register Number : 9999911119999

Serial Number : 00011119999111



GRADUATE



From the educational unit based on the result of the national exam and in compliance all the criteria in accordance with statutory regulations.







Jakarta,





School Principal



Muhammad Alif Sasmita

4SA01

14609948





Wednesday, April 3, 2013

Tugas Penerjemahan teks khusus


Muhammad Alif Sasmita
14609948



Mt. Slamet, Indonesia, with agricultural fields in the foreground.
I’ll be brief, mostly because I’m still lost in a haze of jetlag and allergies, but …
Mt. Slamet on the island of Java in Indonesia is showing signs of a “major eruption”. Preparations have begun by the Indonesian government to evacuate people in the event that the volcano erupts, however, it is unclear when that might be. Agus Budianto, head of the volcanology unit at the Bandung, West Java-based Volcanology and Disaster Mitigation Agency, said this about the current activity at the volcano:
“Even though the earthquake activity is increasing, we have not yet decided to raise Slamet to the highest alert level, or awas status, as we think the danger level will continue to fluctuate.”
It seems that Indonesian officials are playing it cautiously, especially considering that the volcano has already “sprayed molten lava up to 600 meters into the air and we have recorded bursts of volcanic ash up to 112 times within a six-hours period.” Now, that sounds like a volcano in full eruption to me, so I have no idea what it takes to get to the highest level of alert in Indonesia. People have been told to stay out of a 2-km exclusion zone and the area in most peril if the eruption gets larger are Purbalingga, Bayumas, Pemalang, Tegal and Brebes districts in Central Java Province – they remain on 24-hour alert to evacuate. However, it never seems promising when the report mentions things like “hundreds of residents living at the base of the mountain had said they would not evacuate until the mountain was put on the highest level of alert.” That is a recipe for a disaster.
Mt. Slamet last erupted in 1999 and produces eruptions similar to most Indonesia volcanoes: central vent explosions and lava flows, all in the VEI 1-2 range. Slamet has erupted frequently over the last 100 years

Tugas Softskill


Muhammad Alif Sasmita
NPM : 14609948

DKI JAKARTA PROVINCE
SOUTH JAKARTA

NIK : 3174091509910007
Name : Muhammad Alif Sasmita
Birth/Date Place : Jakarta 15-09-1991
Gender : Male
Address :JL. Bacang Tanjung Barat
RT/RW : 007/006
Village : Tanjung Barat
Sub-district : Jagakarsa
Religion : Moslem
Marital status : Haven't married yet
Occupation : Student
Nationality : WNI
Valid Until : 15-09-2017

Thursday, January 17, 2013


Name : Muhammad Alif Sasmita
NPM  : 14609948

Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia
PEMBUKAAN
Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Proses Interaksi Antara Tradisi Lokal Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Usur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur Lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, tradisi budaya lokal juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya kekuatan supranatural atas kehidupan di bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia adalah :
  • Upacara selamatan, pemberian nama yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi pemakai nama tersebut.
  • Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
  • Upacara sukuran hasil panen merupakan upacara yang di lakukan setelah panen dan bertujuan sebagai ungkapan rasa sukur terhadap Sang Pencipta dan pada Alam yang telah memberikan sumber kehidupan yang berlimpah.
  • Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya guna untuk menghormati tradisi kebudayaan yang telah turun-temurun di lakukan oleh nenek moyang ( leluhur ) mereka dan mungkin secara tidak sadar, inilah yang akan menjadi cirihas dan identitas bagi mereka. Kita bisa lihat Unsur budaya asli memegang peranan dan tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu pencampuran kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam wujud kepercayaan Animisme & Dinamisme.
Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat itu, sebagai buktinya tradisi memperingati kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda walau pun pada jaman sekarang saat ini Agama kepercayaan mereka sebagian besar telah sama rata, tetapi tradisi lokal yang telah nenek moyang ( leluhur ) mereka ajarkan baik secara langsung mau pun tidak langsung telah melekat sangat kuat dan menjadi kebiasaan yang terus menerus di turunkan secara generation.
Salah satu contohnya Makam di Indonesia yang terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya.
Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
Bidang Budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi. Sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata di Indonesia ini semakin banyak.
Buktinya terdapat banyak bahasa yang di adopsi dari bahasa sansakerta dan bahasa arab, di samping itu juga terdapat suatu kampung atau desa yang di dalamnya terdapat suatu ras tertentu seperti ras Arab dan Cina.
Bidang Sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sytem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih bisa kita jumpai pada masyaakat tertentu.
Sebagai bukti tradisi Hindu-Budha telah mempengaruhi Tradisi lokal bisa kita jumpai di Pulau Bali yang masih menggunakan sistem kasta.
Bidang System Pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku yang menggunakan system Primus Interpares ( nomer satu dintara sesamanya). Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Tetapi di dalam Islam nama Raja diganti dengan sebutan Sultan.
Sebagai buktinya di banten tepatnya di daerah Baduy Dalam penduduknya di pimpin oleh seorang Kepala Suku dan pada jaman dulu banyak kerajaan-kerajan yang berdiri di Nusantara ini yang menggunakan system pemerintahan yang di pimpin oleh seorang Raja, setelah Islam masuk dan menyebar sngat luas Raja di gantikan dengan Sebutan Sultan seperti halnya Sultan Hassanudin di Banten.
Bidang Seni Sastra
Sastra di Indonesia baru mengenal sastra lisan, misalnya sastra ritual ( doa atau rapal ) dan non ritual ( nyanyian rakyat dan peribahasa ). Setelah datangnya Hindu-Budha, Indonesia mengenal sastra tembang dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut hanya diubah dan bahasanya ditambah kosakata Arab.
Sebagai buktinya dalam cerita-cerita wayang yang di adopsi dari kitab-kitab Hindu telah diubah oleh para Wali pada jamannya untuk media sarana penyebaran keagamaan.
Pernikahan
Akulturasi antara budaya Lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen ketika Upacara Pernikahan berlangsung. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad nikah antara kedua mempelai.
Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan ajaran Islam hanya diwajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misalnya setelah hari kematian adanya hari-hari pringatan selamatan atau acara tahlilan yang berisi
pembacaan Zikir dan Tahlil. Juga pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya. Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran ) Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai dari Budaya Bangsanya.

tugas softskill


Name : Muhammad Alif Sasmita
NPM  : 14609948

Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia
PEMBUKAAN
Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Proses Interaksi Antara Tradisi Lokal Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Usur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur Lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, tradisi budaya lokal juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya kekuatan supranatural atas kehidupan di bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia adalah :
  • Upacara selamatan, pemberian nama yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi pemakai nama tersebut.
  • Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
  • Upacara sukuran hasil panen merupakan upacara yang di lakukan setelah panen dan bertujuan sebagai ungkapan rasa sukur terhadap Sang Pencipta dan pada Alam yang telah memberikan sumber kehidupan yang berlimpah.
  • Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya guna untuk menghormati tradisi kebudayaan yang telah turun-temurun di lakukan oleh nenek moyang ( leluhur ) mereka dan mungkin secara tidak sadar, inilah yang akan menjadi cirihas dan identitas bagi mereka. Kita bisa lihat Unsur budaya asli memegang peranan dan tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu pencampuran kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam wujud kepercayaan Animisme & Dinamisme.
Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat itu, sebagai buktinya tradisi memperingati kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda walau pun pada jaman sekarang saat ini Agama kepercayaan mereka sebagian besar telah sama rata, tetapi tradisi lokal yang telah nenek moyang ( leluhur ) mereka ajarkan baik secara langsung mau pun tidak langsung telah melekat sangat kuat dan menjadi kebiasaan yang terus menerus di turunkan secara generation.
Salah satu contohnya Makam di Indonesia yang terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya.
Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
Bidang Budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi. Sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata di Indonesia ini semakin banyak.
Buktinya terdapat banyak bahasa yang di adopsi dari bahasa sansakerta dan bahasa arab, di samping itu juga terdapat suatu kampung atau desa yang di dalamnya terdapat suatu ras tertentu seperti ras Arab dan Cina.
Bidang Sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sytem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih bisa kita jumpai pada masyaakat tertentu.
Sebagai bukti tradisi Hindu-Budha telah mempengaruhi Tradisi lokal bisa kita jumpai di Pulau Bali yang masih menggunakan sistem kasta.
Bidang System Pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku yang menggunakan system Primus Interpares ( nomer satu dintara sesamanya). Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Tetapi di dalam Islam nama Raja diganti dengan sebutan Sultan.
Sebagai buktinya di banten tepatnya di daerah Baduy Dalam penduduknya di pimpin oleh seorang Kepala Suku dan pada jaman dulu banyak kerajaan-kerajan yang berdiri di Nusantara ini yang menggunakan system pemerintahan yang di pimpin oleh seorang Raja, setelah Islam masuk dan menyebar sngat luas Raja di gantikan dengan Sebutan Sultan seperti halnya Sultan Hassanudin di Banten.
Bidang Seni Sastra
Sastra di Indonesia baru mengenal sastra lisan, misalnya sastra ritual ( doa atau rapal ) dan non ritual ( nyanyian rakyat dan peribahasa ). Setelah datangnya Hindu-Budha, Indonesia mengenal sastra tembang dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut hanya diubah dan bahasanya ditambah kosakata Arab.
Sebagai buktinya dalam cerita-cerita wayang yang di adopsi dari kitab-kitab Hindu telah diubah oleh para Wali pada jamannya untuk media sarana penyebaran keagamaan.
Pernikahan
Akulturasi antara budaya Lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen ketika Upacara Pernikahan berlangsung. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad nikah antara kedua mempelai.
Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan ajaran Islam hanya diwajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misalnya setelah hari kematian adanya hari-hari pringatan selamatan atau acara tahlilan yang berisi
pembacaan Zikir dan Tahlil. Juga pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya. Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran ) Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai dari Budaya Bangsanya.

tugas softskill


Name : Muhammad Alif Sasmita
NPM  : 14609948

Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia
PEMBUKAAN
Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Proses Interaksi Antara Tradisi Lokal Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Usur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur Lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, tradisi budaya lokal juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya kekuatan supranatural atas kehidupan di bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia adalah :
  • Upacara selamatan, pemberian nama yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi pemakai nama tersebut.
  • Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
  • Upacara sukuran hasil panen merupakan upacara yang di lakukan setelah panen dan bertujuan sebagai ungkapan rasa sukur terhadap Sang Pencipta dan pada Alam yang telah memberikan sumber kehidupan yang berlimpah.
  • Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya guna untuk menghormati tradisi kebudayaan yang telah turun-temurun di lakukan oleh nenek moyang ( leluhur ) mereka dan mungkin secara tidak sadar, inilah yang akan menjadi cirihas dan identitas bagi mereka. Kita bisa lihat Unsur budaya asli memegang peranan dan tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu pencampuran kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam wujud kepercayaan Animisme & Dinamisme.
Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat itu, sebagai buktinya tradisi memperingati kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda walau pun pada jaman sekarang saat ini Agama kepercayaan mereka sebagian besar telah sama rata, tetapi tradisi lokal yang telah nenek moyang ( leluhur ) mereka ajarkan baik secara langsung mau pun tidak langsung telah melekat sangat kuat dan menjadi kebiasaan yang terus menerus di turunkan secara generation.
Salah satu contohnya Makam di Indonesia yang terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya.
Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
Bidang Budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi. Sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata di Indonesia ini semakin banyak.
Buktinya terdapat banyak bahasa yang di adopsi dari bahasa sansakerta dan bahasa arab, di samping itu juga terdapat suatu kampung atau desa yang di dalamnya terdapat suatu ras tertentu seperti ras Arab dan Cina.
Bidang Sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sytem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih bisa kita jumpai pada masyaakat tertentu.
Sebagai bukti tradisi Hindu-Budha telah mempengaruhi Tradisi lokal bisa kita jumpai di Pulau Bali yang masih menggunakan sistem kasta.
Bidang System Pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku yang menggunakan system Primus Interpares ( nomer satu dintara sesamanya). Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Tetapi di dalam Islam nama Raja diganti dengan sebutan Sultan.
Sebagai buktinya di banten tepatnya di daerah Baduy Dalam penduduknya di pimpin oleh seorang Kepala Suku dan pada jaman dulu banyak kerajaan-kerajan yang berdiri di Nusantara ini yang menggunakan system pemerintahan yang di pimpin oleh seorang Raja, setelah Islam masuk dan menyebar sngat luas Raja di gantikan dengan Sebutan Sultan seperti halnya Sultan Hassanudin di Banten.
Bidang Seni Sastra
Sastra di Indonesia baru mengenal sastra lisan, misalnya sastra ritual ( doa atau rapal ) dan non ritual ( nyanyian rakyat dan peribahasa ). Setelah datangnya Hindu-Budha, Indonesia mengenal sastra tembang dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut hanya diubah dan bahasanya ditambah kosakata Arab.
Sebagai buktinya dalam cerita-cerita wayang yang di adopsi dari kitab-kitab Hindu telah diubah oleh para Wali pada jamannya untuk media sarana penyebaran keagamaan.
Pernikahan
Akulturasi antara budaya Lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen ketika Upacara Pernikahan berlangsung. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad nikah antara kedua mempelai.
Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan ajaran Islam hanya diwajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misalnya setelah hari kematian adanya hari-hari pringatan selamatan atau acara tahlilan yang berisi
pembacaan Zikir dan Tahlil. Juga pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya. Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran ) Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai dari Budaya Bangsanya.

tugas softskill


Name : Muhammad Alif Sasmita
NPM  : 14609948

Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia
PEMBUKAAN
Interaksi antara tradisi lokal, hindu-budha dan Islam di Indonesia yang menjadikan kebudayaan di Indonesia beragam dan mempunyai cirikhas atau identitas sendiri.
Berbicara tentang kebudayaan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Di Indonesia hususnya di pulau jawa ini tradisi lokal pribumi jawa sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan di pulai jawa, di tambah lagi dengan datangnya orang-orang dari luar pulau jawa yang membawa tradisi Hindu-Budha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang jawa di jaman dulu dan setelah itu berlangsung cukup lama datang lah tradisi Islam yang di bawa oleh para pedagang yang kebanyakan dari timur tengah. Hal itulah yang menyebabkan tradisi kebudayaan di Indonesia menjadi penuh warna yang menjadikan cirihas atau identitas sendiri bagi Indonesia ini. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia jaman dulu telah terbuka pikirannya dan mampu menerima dengan ramah sesuatu yang datang dari orang asing, yang akhirnya menimbulkan produk kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Proses Interaksi Antara Tradisi Lokal Hindu-Budha dan Islam di Indonesia
Usur-unsur yang dapat mempersatukan tradisi sejarah Indonesia berasal dari unsur Lokal,
Hindu-Budha dan Islam. Bangsa Indonesia sebenarnya mempunyai unsur-unsur budaya
Indonesia asli. Selain itu, tradisi budaya lokal juga telah mengenal kebudayaan Macro & Micro Cosmos, yang merupakan keyakinan adanya kekuatan supranatural atas kehidupan di bumi.
Beberapa contoh tradisi daerah yang merupakan perpaduan unsur Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia adalah :
  • Upacara selamatan, pemberian nama yang bertujuan untuk memberi keselamatan bagi pemakai nama tersebut.
  • Upacara sedekah, setelah 7 hari dari hari raya Idul Fitri di daerah Demak, sebagai tanda syukur.
  • Upacara sukuran hasil panen merupakan upacara yang di lakukan setelah panen dan bertujuan sebagai ungkapan rasa sukur terhadap Sang Pencipta dan pada Alam yang telah memberikan sumber kehidupan yang berlimpah.
  • Upacara Tabuik di pantai barat Sumatra sebagai peringatan atas Hasan & Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang dipengaruhi golongan Syiah.
Upacara tradisional tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini. Salah satunya guna untuk menghormati tradisi kebudayaan yang telah turun-temurun di lakukan oleh nenek moyang ( leluhur ) mereka dan mungkin secara tidak sadar, inilah yang akan menjadi cirihas dan identitas bagi mereka. Kita bisa lihat Unsur budaya asli memegang peranan dan tidak dapat disingkirkan begitu saja dalam proses pencampuran dengan budaya asing. Salah satu pencampuran kepercayaan lokal dengan budaya asing berkaitan dengan kematian dalam wujud kepercayaan Animisme & Dinamisme.
Misalnya upacara kematian seseorang dilakukan sesuai dengan kebudayaan lokal tempat itu, sebagai buktinya tradisi memperingati kematian di tiap-tiap daerah berbeda-beda walau pun pada jaman sekarang saat ini Agama kepercayaan mereka sebagian besar telah sama rata, tetapi tradisi lokal yang telah nenek moyang ( leluhur ) mereka ajarkan baik secara langsung mau pun tidak langsung telah melekat sangat kuat dan menjadi kebiasaan yang terus menerus di turunkan secara generation.
Salah satu contohnya Makam di Indonesia yang terpelihara dengan baik karena adanya penghormatan dari anak cucu kepada leluhurnya.
Perpaduan Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
Bidang Budaya
Sebelum pengaruh budaya Hindu-Budha masuk, bangsa Indonesia talah menggunakan bahasa melayu kuno dan Jawa kuno. Setelah masuknya Hindu-Budha masyarakat menggunakan bahasa sansekerta dan bahasa podi. Sedangkan masuknya agama Islam ke Indonesia, Islam menggunakan bahasa Arab. Hal itu membuat perbendaharaan kata di Indonesia ini semakin banyak.
Buktinya terdapat banyak bahasa yang di adopsi dari bahasa sansakerta dan bahasa arab, di samping itu juga terdapat suatu kampung atau desa yang di dalamnya terdapat suatu ras tertentu seperti ras Arab dan Cina.
Bidang Sosial
System masyarakat yang dulunya dibedakan berdasarkan profesi, setelah agama Hindu-Budha masuk, system kemasyarakatan dibedakan berdasarkan kasta. Tetapi dengan masuknya agama Islam sytem kasta mulai menghilang, meskipun sekarang masih bisa kita jumpai pada masyaakat tertentu.
Sebagai bukti tradisi Hindu-Budha telah mempengaruhi Tradisi lokal bisa kita jumpai di Pulau Bali yang masih menggunakan sistem kasta.
Bidang System Pemerintahan
Dulu system pemerintahan dipimpin oleh seorang kepala suku yang menggunakan system Primus Interpares ( nomer satu dintara sesamanya). Sedangkan dalam Hindu-Budha system pemrintahannya berupa kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja. Tetapi di dalam Islam nama Raja diganti dengan sebutan Sultan.
Sebagai buktinya di banten tepatnya di daerah Baduy Dalam penduduknya di pimpin oleh seorang Kepala Suku dan pada jaman dulu banyak kerajaan-kerajan yang berdiri di Nusantara ini yang menggunakan system pemerintahan yang di pimpin oleh seorang Raja, setelah Islam masuk dan menyebar sngat luas Raja di gantikan dengan Sebutan Sultan seperti halnya Sultan Hassanudin di Banten.
Bidang Seni Sastra
Sastra di Indonesia baru mengenal sastra lisan, misalnya sastra ritual ( doa atau rapal ) dan non ritual ( nyanyian rakyat dan peribahasa ). Setelah datangnya Hindu-Budha, Indonesia mengenal sastra tembang dan irama kidung. Pada saat Islam masuk cerita tersebut hanya diubah dan bahasanya ditambah kosakata Arab.
Sebagai buktinya dalam cerita-cerita wayang yang di adopsi dari kitab-kitab Hindu telah diubah oleh para Wali pada jamannya untuk media sarana penyebaran keagamaan.
Pernikahan
Akulturasi antara budaya Lokal dan Hindu-Budha terlihat dalam pengadaan sesajen ketika Upacara Pernikahan berlangsung. Setelah Islam masuk upacaranya di awali dengan membaca akad nikah antara kedua mempelai.
Pemakaman
Prosesi pemakaman yang sesuai dengan ajaran Islam hanya diwajiban untuk mensucikan janazah, mengkafani dan menguburkannya. Tetapi karena adanya akulturasi, misalnya setelah hari kematian adanya hari-hari pringatan selamatan atau acara tahlilan yang berisi
pembacaan Zikir dan Tahlil. Juga pemberian nisan yang merupakan warisan kebudayaan prasejarah.
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah di jelaskan di atas, sebagai beberapa contoh kecil dari akibat perpaduan antara tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Hindu-Budha jaman dulu dan Islam pada saat ini berkembang sangat pesat di Indonesia, itu membuktikan sifat Bangsa Indonesia yang terbuka dan ramah memberi peluang untuk bergaul dengan Bangsa lain yang akibatnya membuat Bangsa Indonesia ini kaya akan Bahasa dan Budaya. Tradisi Budaya yang beragam dan berbeda dengan yang lainnya itu bisa menjadi cirihas atau identitas Bangsa Indonesia di mata Dunia. Berbeda di sini dalam artian tidak ada yang sama karena Tradisi Lokal, Hindu-Budha dan Islam di Indonesia telah sangat melekat kuat dari generasi ke genarasi yang menjadikan secara sadar maupun tidak sadar telah terjadi kolaborasi ( pencampuran ) Tradisi budaya Lokal, Hindu-Budha dan Islam. Tidak bisa di pungkiri Tradisi yang telah melekat dan terus menerus di turunkan secara generation tidak akan mudah hilang di kikis jaman dan waktu, buktinya kita semua masih bisa melihat tradisi budaya peninggalan nenek moyang ( leluhur ) yang masih di jalani secara turun temurun saat ini. Jadi inilah cirihas Bangsa Indonesia dan inilah identitas Bangsa Indonesia yang patut kita hargai dan kita jaga keutuhan dan nilai-nilai luhurnya. Karena martabat suatu Bangsa bisa dilihat atau di nilai dari Budaya Bangsanya.